BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
1.1.1 Pentingnya Pembahasan Inflasi
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dampak tersebut antara lain:
a) Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
b) Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
c) Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
1.1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
a) Inflasi digolongkan menjadi apa saja?
b) Apa yang menyebabkan inflasi?
c) Bagaimana cara mengukur inflasi?
d) Apa saja dampak inflasi?
e) Kebijakan apa saja yang diambil pemerintah untuk mengontrol inflasi?
1.2 Tujuan Pembahasan
Masalah inflasi yang sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat penting untuk dibahas. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas sebab- sebab terjadinya inflasi, cara pengukuran tingkat inflasi serta kebijakan- kebijakan yang sering diambil pemerintah untuk mengontrol kestabilan inflasi. Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami apa itu inflasi dan kebijakan- kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang berhubungan dengan inflasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggolongan Inflasi
Ada berbagai macam cara untuk menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama yaitu berdasarkan tingkat parahnya inflasi. Dengan dasar ini inflasi dibedakan menjadi:
- Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
- Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
- Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
- Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Indonesia pernah mengalami hiperinflasi pada tahun 1960-an yang mencapai tingkat inflasi 650%. Indonesia juga pernah mengalami inflasi berat yaitu sebesar 60% pada tahun 1998. Di tahun 1999 inflasi di Indonesia sedikit melemah yaitu mencapai 20% yang kemudian turun menjadi 0,3% pada tahun 2000.
Penggolongan yang kedua yaitu berdasar atas sebab awal dari inflasi. Dengan dasar ini inflasi dibedakan menjadi:
1. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga.
2. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
Perbedaan antara demand pull inflation dengan cost push inflation ada 2, yaitu:
1. Pada cost push inflation terjadi penurunan output sedangkan pada demand pull inflation yang terjadi adalah sebaliknya.
2. Pada demand pull inflation kenaikan harga output (barang) mendahului kenaikan harga bahan- bahan input (material), sedangkan pada cost push inflation kenaikan harga bahan- bahan input mendahului kenaikan outputnya.
Penggolongan yang ketiga yaitu berdasr atas asal dari inflasi. Dengan dasar ini inflasi dibedakan menjadi:
1. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
2. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).
B. Penyebab Inflasi
Secara umum inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan desakan biaya produksi.
1) Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.
2) Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation antara lain:
Ø Depresiasi nilai tukar.
Ø Dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang.
Ø Peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price).
Ø Terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Ø Kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
C. Pengukuran Inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
- Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
- Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
D. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
E. Kebijakan Pemerintah Untuk Mengontrol Inflasi
Pemerintah umumnya mengandalkan jumlah uang beredar atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Dalam mengatur inflasi pemerintah Indonesia menggunakan 2 kebijakan, yaitu:
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang langsung diambil oleh pemerintah untuk mengontrol inflasi. Kebijakan fiskal antara lain yaitu:
v Menaikkan Pajak
v Menekan Pengeluaran Pemerintah
2. Kebijakan Moneter
Pemerintah memberi kewenangan yang independen pada Bank Indonesia (Bank Sentral) yang berarti bahwa kebijakan Bank Indonesia tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral (termasuk pemerintah). Kebijakan yang diambil bank sentral inilah yang disebut kebijakan moneter. Kebijakan moneter antara lain:
v Tight money policy
v Menaikkan suku bunga Bank Indonesia (BI rate)
v Memperbaiki nilai tukar mata uang
BAB III
PENUTUP
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Secara umum inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan desakan biaya produksi.
1) Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)
2) Inflasi desakan biaya (cost push inflation).
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Inflasi mempunyai dampak antara lain:
· Memburuknya distribusi pendapatan.
· Bunga yang semakin tinggi.
· Ketidakpastian dan spekulasi.
· Problem pada balance of payment.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengontrol inflasi antara lain:
3. Kebijakan Fiskal
Ø Menaikkan Pajak
Ø Menekan Pengeluaran Pemerintah
4. Kebijakan moneter
ü Tight money policy
ü Menaikkan suku bunga Bank Indonesia (BI rate)
ü Memperbaiki nilai tukar mata uang
Mengingat bahaya inflasi yang sangat besar, masyarakat semestinya mendukung pemerintah untuk mengontrol inflasi yang terjadi di negara kita ini. Namun yang berperan penting mengatasi inflasi adalah pemerintah itu sendiri. Pemerintah harus mampu mengontrol tingkat inflasi di Indonesia agar justru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Secara umum inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan desakan biaya produksi.
1) Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)
2) Inflasi desakan biaya (cost push inflation).
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Inflasi mempunyai dampak antara lain:
· Memburuknya distribusi pendapatan.
· Bunga yang semakin tinggi.
· Ketidakpastian dan spekulasi.
· Problem pada balance of payment.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengontrol inflasi antara lain:
1. Kebijakan Fiskal
Ø Menaikkan Pajak
Ø Menekan Pengeluaran Pemerintah
2. Kebijakan moneter
ü Tight money policy
ü Menaikkan suku bunga Bank Indonesia (BI rate)
ü Memperbaiki nilai tukar mata uang
Mengingat bahaya inflasi yang sangat besar, masyarakat semestinya mendukung pemerintah untuk mengontrol inflasi yang terjadi di negara kita ini. Namun yang berperan penting mengatasi inflasi adalah pemerintah itu sendiri. Pemerintah harus mampu mengontrol tingkat inflasi di Indonesia agar justru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar